Selasa, 23 Juli 2013

hal-hal yang membatalkan dua kalimat syahadat

Dengan mengucapkan dua kalimat syahadat seseorang berarti telah mempersaksikan diri sebagai hamba Allah semata. Kalimat La Ilaha Illallah dan Muhammadur Rasulullah selalu membekas dalam jiwanya dan menggerakkan anggota tubuhnya agar tidak menyembah selain-Nya. Baginya hanya Allah sebagai Tuhan yang harus ditaati, diikuti ajaran-Nya, dipatuhi perintah-Nya dan dijauhi larangan-Nya. Caranya bagaimana, lihatlah pribadi Rasulullah saw, sebab dialah contoh hamba Allah sejati. Dalam pembukaan surat Al-Israa', Allah telah mendeklarasikan bahwa Rasulullah saw adalah hamba-Nya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha.
"Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya [1] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Israa': 1)
[1] Maksudnya: Al-Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan diturunkan Nabi-Nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.
Begitu juga dalam pembukaan surat Al-Kahfi, Allah berfirman: Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Qur’an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya.
"Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan [2] di dalamnya." (QS. Al-Kahfi: 1)
[2] Tidak ada dalam AlQur’an itu makna-makna yang berlawananan dan tak ada penyimpangan dari kebenaran.
Ini menunjukkan bahwa agar makna dua kalimat syahadat-yang intinya adalah tauhid benar-benar tercermin dalam jiwa dan perbuatan. Tidak ada pilihan bagi seorang hamba kecuali mencontoh pribadi Rasulullah saw dalam segala sisi kehidupannya, baik dari sisi aqidah dan ibadah, maupun sisi-sisi lainnya seperti sikapnya terhadap istri dan pelayannya di rumah, pergaulannya bersama sahabatnya, akhlaqnya dalam melakukan transaksi bisnis dan kepemimpinannya sebagai kepala negara. Maka untuk menjaga kemurnian tauhid seperti yang dicontohkan Rasulullah saw, seorang hamba hendaknya menghindar jauh-jauh dari hal-hal yang merusak kemurnian tauhid sebagai cerminan dua kalimat syahadat tersebut, yang setidaknya ada tiga:
  1. Syirik ( menyekutukan Allah
  2. Ilhad (menyimpang dari kebenaran)
  3. Nifak (berwajah dua, menampakkan diri sebagai muslim, sementara hatinya kafir).
1. Syirik (menyekutukan Allah)
a). Definisi
Syirik adalah lawan kata dari tauhid. Yaitu sikap menyekutukan Allah secara dzat, sifat, perbuatan dan ibadah. Adapun syirik secara dzat adalah dengan meyakini bahwa dzat Allah seperti dzat mahluk-Nya. Aqidah ini dianut oleh kelompok mujassimah. Syirik secara sifat artinya: seseorang meyakini bahwa sifat-sifat mahluk sama dengan sifat-sifat Allah. Dengan kata lain bahwa mahluk mempunyai sifat-sifat seperti sifat-sifat Allah, tidak ada bedanya sama sekali. Syirik secara perbuatan artinya: seseorang meyakini bahwa mahluk mengatur alam semesta dan rizki manusia seperti yang telah diperbuat Allah selama ini. Sedangkan syirik secara ibadah artinya: seseorang menyembah selain Allah dan mengagungkannya seperti mengagungkan Allah serta mencintainya seperti mencintai Allah. Syirik-syirik dalam pengertian tersebut secara eksplisit maupun implisit telah ditolak oleh Islam. Karenanya seorang muslim harus benar-benar hati-hati dan menghindar jauh-jauh dari syirik-syirik seperti yang telah diterangkan di atas.
b) Bentuk-bentuk Syirik
Pertama, menyembah patung atau berhala (al ashnaam). Allah swt. dalam surat Al-Hajj (22) ayat 30, berfirman:
"Demikianlah (perintah Allah), dan barang siapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya. Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta."
Dalam surat Maryam (19) 42:
Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?"
Diceritakan bahwa Nabi Ibrahim menegur ayahnya karena menyembah patung: Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya: "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?".
Kedua, menyembah matahari, dalam surat Al A'raaf  (7) ayat 54:
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
Allah menolak orang-orang yang menyembah matahari, bulan dan bintang: Lalu dalam surat Fushshilat (41) ayat 37 lebih tegas lagi Allah berfirman:
(yaitu) pintu-pintu langit, supaya Aku dapat melihat Tuhan Musa dan Sesungguhnya Aku memandangnya seorang pendusta". Demikianlah dijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.
"Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah".
Ketiga, menyembah malaikat dan jin, dalam surat Al-An'aam (6) ayat 100 Allah berfirman:
"Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan[495]. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan."
Dalam surat Saba' 34/40-41:
"Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: "Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?".Malaikat-malaikat itu menjawab: "Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka: bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu".
Keempat, menyembah para Nabi, seperti Nabi Isa as, yang disembah kaum Nasrani dan Uzair yang disembah kaum Yahudi. Keduanya sama-sama dianggap anak Allah, Allah berfirman dalam surat At-Taubah (9) 30:
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?
Dalam surat Al Maidah (5) ayat 72 :
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun.
Kelima, menyembah rahib atau pendeta, Allah berfirman: "Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan". Adi bin Hatim ra pernah bertanya kepada Rasulullah mengenai hal tersebut, seraya berkata: "Sebenarnya mereka tidak menyembah pendeta atau rahib mereka?" Rasululah saw. menjawab: “Benar, tetapi para rahib atau pendeta itu telah mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram, sementara mereka mengikutinya. Bukankah itu tindak penyembahan terhadap mereka?”
Keenam, menyembah thaghuut. Istilah thaghuut diambil dari kata thughyaan artinya melampaui batas. Maksudnya: segala sesuatu yang disembah selain Allah. Setiap seruan para Rasul, intinya adalah mengajak kepada tauhid dan menjauhi thaghuut. Allah berfirman dalam surat An-Nahl (16) ayat 36:
Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Dan tauhid yang murni tidak akan bisa dicapai tanpa menghindar dari menyembah thaghuut, Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 256:
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut [3] dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
[3] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah swt
Allah bangga dengan orang-orang beriman yang menjauhi thaghut sebagaimana dalam surat Az-Zumar (39) ayat 17:
Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembah-nya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku.
Ketujuh, menyembah hawa nafsu. Hawa nafsu adalah kecenderungan untuk melakukan keburukan. Seseorang yang menuhankan hawa nafsu mengutamakan keinginan nafsunya di atas cintanya kepada Allah. Dengan demikian ia telah mentaati hawa nafsunya dan menyembahnya. Allah berfirman dalam surat Al Furqan (25) ayat 43:
"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?"
Dalam surat Al-Jatsiyah (45) ayat 23:
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya [4]?  Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
[4] Maksudnya Tuhan membiarkan orang itu sesat, karena Allah telah mengetahui bahwa Dia tidak menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya.
c) Macam-macam Syirik
Ada dua macam syirik: (a) Syirik besar (b) syirik kecil. Masing-masing dari kedua macam ini mempunyai dua dimensi: zahir (nampak) dan khafiy (tersembunyi). Marilah kita bahas satu-satu persatu dari kedua macam syrik tersebut.
Pertama, Syirik besar (Asy Syirkul Akbar), yaitu tindakan menyekutukan Allah dengan mahluk-Nya. Dikatakan syirik besar karena dengannya seseorang tidak akan diampuni dosanya dan tidak akan masuk surga. Allah berfirman dalam surat An-Nisa (4) ayat 116:
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya."
Ilustrasi syirik besar ini dibagi dua dimensi: dzahir dan khafiy. Yang dzahir bisa dicontohkan seperti menyembah bintang, matahari, bulan, patung-patung, batu-batu, pohon-pohon besar, manusia (seperti menyembah Fir'un, raja-raja, Budha, Isa ibn Maryam, malaikat, jin dan Syetan. Sementara yang khafiy bisa dicontohkan seperti meminta kepada orang-orang yang sudah mati dengan keyakinan bahwa mereka bisa memenuhi apa yang mereka yakini, atau menjadikan seseorang sebagai pembuat hukum, menghalalkan dan mengharamkan seperti Allah swt.
Kedua, syirik kecil (Asyirkul Ashghar), yaitu suatu tindakan yang mengarah kepada syirik, tetapi belum sampai ke tingkat keluar dari tauhid, hanya saja mengurangi kemurniannya. Syirik Ashghar ini juga dua dimensi: dzahir dan khafiy. Yang zhahir bisa berupa lafal (pernyataan) dan perbuatan.
(a) Yang berupa lafal contohnya: bersumpah dengan nama selain Allah dan mengarah ke syirik, seperti pernyataan: demi Nabi, demi Ka'bah, demi Kakek dan Nenek dan lain sebagainya. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda:
"man khalafa bighairillahi faqad kafara wa asyraka (siapa yang bersumpah dengan selain Allah maka ia kafir dan musyrik)" (HR. Turmidzi no. 1535). Termasuk lafal yang mengarah ke syirik pernyataan: kalau tidak karena Allah dan si fulan niscaya ini tidak akan terjadi, atau memberikan nama seperti abdul ka'bah dan lain sebagainya.
(b) Adapun yang berupa perbuatan contohnya: mengalungkan jimat dengan keyakinan bahwa itu bisa menyelamatkan dari mara bahaya dan sebagainya. Adapun syirik Ashghar yang khafiy, biasanya berupa niat atau keinginan, seperti riya' dan sum'ah. Yaitu melakukan tindak ketaatan kepada Allah dengan niat ingin dipuji orang dan lain sebagainya. Seperti menegakkan shalat dengan nampak khusyu' karena sedang di samping calon mertuanya, supaya dipuji sebagai orang saleh, padahal di saat shalat sendirian tidak demikian. Riya' adalah termasuk dosa hati yang sangat berbahaya. Sebab Islam sangat memperhatikan perbuatan hati sebagai factor yang menentukan bagi baik tidaknya perbuatan dzahir. Allah berfirman dalam surat Al Baqarah (2) ayat 264:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir" [5].
[5] Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat pahala di akhirat.
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda:
man samma'a samma’allahu bihii, waman yraa'ii yraaillahu bihii (Siapa yang menampakkan amalnya dengan maksud riya' Allah akan menyingkapnya di hari kiamat, dan siapa yang menunjukkan amal shalehnya dengan maksud ingin dipuji orang Allah mengeluarkan rahasia tersebut di hari Kiamat (HR. Bukhari 11/288 dan Muslim no. 2987).
d) Bahaya-bahaya Syirik
Pertama, syirik adalah kedzaliman yang nyata. Allah berfirman dalam surat Luqman (31) ayat 13:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar".
Dengan berbuat syirik seseorang telah menjadikan dirinya sebagai hamba makhluk yang sama dengan dirinya, tidak berdaya apa-apa.
Kedua, Syirik merupakan sumber khurafat, sebab orang-orang yang mayakini bahwa selain Allah seperti bintang, matahari, kayu besar dan lain sebagainya bisa memberikan manfaat atau bahaya berarti ia telah siap melakukan segala khurafat dengan mendatangi para dukun, kuburan-kubutan angker dan mengalungkan jimat di lehernya.
Ketiga, syrik sumber ketakutan dan kesengsaraan, Allah berfirman dalam surat Ali Imran (3) ayat 151:
"Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim."
Keempat, syirik merendahkan derajat kemanusiaan, Allah berfirman dalam surat Al-Hajj (22) ayat 31:
"Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh."
Kelima, syirik menghancurkan kecerdasan manusia, Allah berfirman dalam surat Yunus (10) ayat 18:
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan mudharat kepada mereka dan tidak (pula) manfaat, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" [6] Maha suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu).
[6] Kalimat ini adalah ejekan terhadap orang-orang yang menyembah berhala, yang menyangka bahwa berhala-berhala itu dapat memberi syafaat Allah.
Keenam, di akhirat nanti orang-orang musyrik tidak akan mendapatkan ampunan Allah, dan akan masuk neraka selama-lamanya. Allah berfirman dalam surat An-Nisa’ (4) ayat 116:
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya."
Dalam surat Al-Maidah (5) ayat 72:
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", Padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun.
e) Sebab-sebab Syirik:
Ada beberapa sebab fundamental munculnya syirik:
(a) Al-Jahlu (kebodohan). Karenanya masyarakat sebelum datangnya Islam disebut dengan msyarakat jahiliyah. Sebab mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dalam kondisi yang penuh dengan kebodohan itu, orang-orang cenderung berbuat syirik. Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan kecenderungan berbuat syirik semakin kuat. Dan biasanya di tengah masyarakat jahiliyah para dukun selalu menjadi rujukan utama. Mengapa, sebab mereka bodoh, dan dengan kobodohannya mereka tidak tahu bagaimana seharusnya mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi. Ujung-ujungnya para dukun sebagai nara sumber yang sangat mereka agungkan.
(b) dhu'ful iimaan (lemahnya iman). Seseorang yang lemah imannya cenderung berbuat maksiat sebab rasa takut kepada Allah tidak kuat. Lemahnya rasa takut akan dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk menguasai dirinya. Ketika seseorang dibimbing oleh hawa nafsunya maka tidak mustahil ia akan jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan syirik, seperti memohon kepada pohon besar karena ingin segera kaya, datang ke kuburan para wali untuk minta pertolongan agar ia dipilih jadi presiden atau selalu merujuk kepada para dukun supaya penampilannya tetap memikat hati banyak orang dan lain sebagainya.
(c) taqliid (taklid buta). Di dalam Al Qur’an selalu digambarkan orang-orang yang menyekutukan Allah dengan alasan karena mengikuti jejak nenek moyang mereka. Allah berfirman dalam surat Al A’raf (7) ayat 28:
Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji [7], mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya." Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji." Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?
[7] Seperti: syirik, thawaf telanjang di sekeliling ka'bah dan sebagainya.
Dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 170:
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".
Dalam surat Al-Maidah (5) ayat 104:
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul", mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?.
2. Al Ilhaad (Menyimpang Dari Kebenaran)
Penggunaan istilah al-ilhaad dalam Al Qur’an: Al Qur’an menggunakan istilah ilhaad di banyak tempat, kadang berbentuk kosa kata yulhiduun sebagaimana berikut dalam surat Al-A'raf:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan
Dalam surat An-Nahl (16) ayat 103:
Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Al Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)". Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa 'Ajam [7], sedang Al Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang.
[7] Bahasa 'Ajam ialah bahasa selain bahasa Arab dan dapat juga berarti bahasa Arab yang tidak baik, karena orang yang dituduh mengajar Muhammad itu bukan orang Arab dan hanya tahu sedikit-sedikit bahasa Arab.
Dalam surat Fushshilat (41) ayat 40:
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari Kami. Maka Apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
Kadang berbentuk kosa kata ilhaad, Allah berfirman dalam surat Al-Hajj (22) ayat 25:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah dan Masjidil haram yang telah Kami jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di situ maupun di padang pasir dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zhalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebagian siksa yang pedih.
Dan kadang berbentuk kosa kata multahadaa Allah berfirman dalam surat Al Kahfi (18) ayat 27:
Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu (Al-Quran). Tidak ada (seorang pun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya.
Dalam surat Al-Jin (72) ayat 22:
Katakanlah: "Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali aku tiada akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nya".
Arti al-ilhaad menurut para ulama
Al-farra' mengatakan bahwa kata yulhiduun atau yalhaduun artinya condong kepadanya. Imam Al-Harrani dari Ibn Sikkit mengatakan: al mulhid artinya orang yang menyimpang dari kebenaran, dan memasukkan sesuatu yang lain kepadanya. Dalam Lisanul Arab dikatakan: al-ilhaad artinya menyimpang dari maksud yang sebenarnya. Meragukan Allah juga termasuk ilhaad. Dikatakan juga bahwa setiap tindak kezhaliman dalam bahasa Arab disebut ilhaad. Karenanya dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa monopoli makanan di tanah haram itu termasul ilhad. Ketika dikatakan laa tulhid fil hayaati itu artinya jangan kau menyimpang dari kebenaran selama hidupmu.
Imam Ashfahani dalam bukunya mufradaat al-fadhil Qur'an mengatakan bahwa kata al-ilhaad artinya menyimpang dari kebenaran. Dalam hal ini kata Al-Ashfahani ada dua makna: Pertama, ilhad yang identik dengan syirik, bila ini dilakukan maka otomatis seseorang menjadi kafir. Kedua, ilhad yang mendekati syirik, ini tidak membuat seseorang menjadi kafir, tetapi setidaknya telah mengurangi kemurnian tauhidnya. Termasuk sikap ini apa yang digambarkan dalam firman Allah surat Al-Hajj (22) ayat 25:
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah dan Masjidil Haram yang telah Kami jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di situ maupun di padang pasir dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih."
Dalam menafsirkan ayat وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ (dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya), Imam Al Ashfahani menyebutkan bahwa ada dua macam dalam ilhaad kepada nama-nama Allah: (a) mensifati Allah dengan sifat-sifat yang tidak pantas disebut sebagai sifat Allah (b) menafsirkan nama-nama Allah dengan makna yang tidak sesuai dengan keagungan-Nya (Lihat Mufradat Alfaadzul Qur'an h.737).
Hakikat Ilhad
Berdasarkan keterangan di atas, baik ditinjau dari segi bahasa maupun definisi yang disampaikan para ulama nampak bahwa istilah ilhad digunakan untuk segala tindakan yang menyimpang dari kebenaran. Jadi setiap penyimpangan dari kebenaran disebut ilhad. Tetapi secara definitif ia lebih khusus digunakan untuk sikap yang menafikan sifat-sifat, nama-nama dan perbuatan Allah. Dengan kata lain para mulhidun adalah mereka yang tidak percaya adanya sifat-sifat, nama-nama dan perbuatan Allah. Berbeda dengan kafir yang di dalamnya bisa berupa pengingkaran kepada Allah, menyekutukan-Nya dan pengingkaran terhadap nikmat-nikmat-Nya. Sementara ilhad lebih kepada pengingkaran sifat-sifat, nama-nama dan perbuatan Allah saja. Dari sini nampak bahwa tidak setiap kafir ilhad. Karenanya seperti dikatakan dalam buku Al-Furuuq Al-Lughawiyah orang-orang Yahudi dan Nasrani sekalipun mereka tergolong kafir, tetapi mereka tidak termasuk mulhiduun. Tetapi setiap tindakan ilhad itu termasuk kafir.
Bahaya-bahaya ilhaad
Pertama, bahwa para ulama sepakat bahwa tauhid mempunyai tiga dimensi: (a) tauhid uluhiyah, (b) tauhid rububiyyah (c) tauhid asma' dan sifat. Karena ilhad adalah tindakan menafikan sifat-sifat, nama-nama dan perbuatan Allah maka dengan melakukan ilhad seseorang telah menghapus satu dimensi dari dimensi tauhid yang sudah baku. Para ulama sepakat bahwa mengingkari salah satu dari dimensi-dimensi tauhid adalah kafir. Karena itu orang-orang mulhid tergolong orang kafir.
Kedua, bahwa dengan menafikan sifat-sifat dan nama-nama Allah berarti ia telah mengingkari ayat-ayat Al-Qur’an yang menegaskan adanya nama-nama dan sifat-sifat Allah. Para ulama sepakat bahwa mengingkari satu ayat dari ayat-ayat Al-Qur’an adalah kafir.
Ketiga, bahwa mengingkari perbuatan Allah berarti mengingkari segala wujud di alam ini sebagai ciptaan-Nya. Bila ini yang diyakini berarti telah mengingkari kekuasaan Allah sebagai Pencipta. Mengingkari kekuasaan Allah adalah kafir.
3. An-Nifaaq (Wajahnya Islam, Hatinya Kafir)
Imam Al-Ashfahani menerangkan bahwa an nifaaq diambil dari kata an nafaq artinya jalan tembus. Dalam surat Al-An'aam (6) ayat 35 dikatakan:
Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu. Maka jika kamu dapat membuat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka buatlah)[8]. Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk, sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang jahil
[8] Maksudnya ialah: janganlah kamu merasa keberatan atas sikap mereka itu berpaling daripada Kami. Kalau kamu merasa keberatan cobalah usahakan suatu mukjizat yang dapat memuaskan hati mereka, dan kamu tentu tidak akan sanggup.
Orang Arab berkata: naafaqal yarbu' binatang yarbu' telah melakukan nifak, karena ia masuk ke satu lubang lalu keluar dari lubang yang lain. Dalam pengertian ini kata an-nifaaq digunakan. Sebab orang-orang munafik ketika bertemu dengan orang-orang Islam mereka suka menampakkan dirinya sebagai seorang muslim, sementara ketika bertemu dengan kawan-kawan mereka sesama kafir, mereka kembali lagi ke wajah mereka yang asli, sebagai orang-orang kafir. Karenanya Allah berfirman dalam surat At-Taubah (9) ayat 67:
"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya [9]. Mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik."
[9] Maksudnya: Berlaku kikir
Ciri-ciri orang munafiq
Di pembukaan surat Al Baqarah setelah menceritakan ciri-ciri orang-orang beriman dan ciri-ciri orang-orang kafir, Allah lalu menceritakan ciri-ciri orang-orang munafiq secara panjang lebar. Ringkasnya sebagai berikut:
(a) Di mulut mereka mengatakan beriman kepada Allah dan hari Kiamat, sementara hati mereka kafir (lihat QS. Al-Baqarah 2/8-10)
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian [10]," padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit [11], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
[10] Hari kemudian ialah: mulai dari waktu makhluk dikumpulkan di padang mahsyar sampai waktu yang tak ada batasnya.
[11] Yakni keyakinan mereka terhadap kebenaran Nabi Muhammad saw lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap Nabi saw, agama dan orang-orang Islam.
(b) Ketika dikatakan kepada mereka agar jangan berbuat kerusakan, mereka mengaku berbuat baik (lihat QS. Al-Baqarah 2/11-12).
Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi [12]", mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
[12] Kerusakan yang mereka perbuat di muka bumi bukan berarti kerusakan benda, melainkan menghasut orang-orang kafir untuk memusuhi dan menentang orang-orang Islam.
(c) Ketika bertemu dengan orang-orang beriman mereka menampakan keimanan, tetapi ketika kembali ke kawan-kawan mereka sesama syetan mereka kembali kafir. (d) Ibarat orang berbisnis mereka sedang membeli kekafiran dengan keimanan. Sebab setiap saat wajah mereka berganti-ganti, tergantung dengan siapa mereka pada saat itu sedang bersama-sama.
(e) Ibarat pejalan dalam kegelapan, setiap kali mereka menyalakan obor, seketika obor itu padam kembali.
(d) Ibarat orang-orang yang ketakutan mendengarkan petir saat hujan turun, mereka selalu menutup telinga karena takut kebenaran yang disampaikan Rasulullah saw masuk ke hati mereka.
Penutup
Demikianlah hal-hal yang merusak kemurnian tauhid (baca: menghancurkan makna dua kalimat syahadat), yang secara singkat setidaknya ada tiga: Syirik, ilhaad, dan nifaq. Masing-masing dari komponen tersebut mempunyai tujuan sendiri, hanya saja syirik lebih mengarah kepada sikap menyekutukan Allah, sementara ilhad lebih mengarah kepada sikap menafikan sifat, asma dan perbuatan Allah. Adapun nifaq lebih mengarah kepada penampilan dengan wajah dua. Tetapi ujung-ujungnya adalah kekafiran. Wallahu a’lam bishshawab. □
Read More ->>

zakat

  1. Makna Zakat
    Menurut Bahasa(lughat), zakat berarti : tumbuh; berkembang; kesuburan atau bertambah (HR. At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan (QS. At-Taubah : 10) Menurut Hukum Islam (istilah syara’), zakat adalah nama bagi suatu pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu (Al Mawardi dalam kitab Al Hawiy) Selain itu, ada istilah shadaqah dan infaq, sebagian ulama fiqh, mengatakan bahwa sadaqah wajib dinamakan zakat, sedang sadaqah sunnah dinamakan infaq. Sebagian yang lain mengatakan infaq wajib dinamakan zakat, sedangkan infaq sunnah dinamakan shadaqah.
  2. Penyebutan Zakat dan Infaq dalam Al Qur-an dan As Sunnah
    1. Zakat (QS. Al Baqarah : 43)
    2. Shadaqah (QS. At Taubah : 104)
    3. Haq (QS. Al An’am : 141)
    4. Nafaqah (QS. At Taubah : 35)
    5. Al ‘Afuw (QS. Al A’raf : 199)
  3. Hukum Zakat
    Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia.
  4. Macam-macam Zakat
    a. Zakat Nafs (jiwa), juga disebut zakat fitrah.
    b. Zakat Maal (harta).
  5. Syarat-syarat Wajib Zakat
    a. Muslim
    b. Aqil
    c. Baligh
    d. Memiliki harta yang mencapai nishab
sumber :
Al Faridy, Hasan Rifa’i, Drs.,Panduan Zakat Praktis, Dompet Dhuafa Republia, 1996
Read More ->>

pengertian, hukum, syarat, rukun dan yang membatalkan shalat


A. Pengertian Sholat

Menurut bahasa shalat artinya adalah berdoa, sedangkan menurut istilah shalat adalah “suatu perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang telah ditentukan”.
Firman Allah SWT.:
“Dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya Sholat itu mencegah dari(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (Al-Ankabut:45)

B. Hukum  sholat.
Hukum sholat fardhu adalah wajib bagi semua orang yang telah dewasa atau akil baligh dan tidak gila.
Tujuan shalat adalah untuk mencegah perbuatan keji dan munkar.

C. syarat-syarat sholat
Untuk melakukan shalat ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dulu, yaitu :
1. Islam
2. Memiliki akal yang waras atau tidak gila.
3. dewasa (balig)
4. Telah sampai dakwah (perintah Rosullullah SAW. Kepadanya)
5. Bersih dan suci dari najis, haid, nifas, dan lain sebagainya
6. Sadar atau tidak sedang tidur

Untuk selanjutnya Syarat sah pelaksanaan sholat adalah sebagai berikut ini :
Suci dari najis baik hadas kecil maupun besar
Menutup aurat
Masuk waktu sholat
Menghadap ke kiblat


C. Rukun Shalat

Dalam sholat ada rukun-rukun yang harus kita jalankan, yakni :
1. Niat
2. berdiri bagi yang mampu
3. Takbiratul ihram (membaca “Allah huakbar”)
4. Membaca surat al-fatihah
5. Ruku / rukuk yang tumakninah
6. I'tidal dengan  tuma'ninah
7. Sujud 2 kali  dengan tumaninah
8. Duduk di antara dua sujud dengan tuma'ninah
9. Sujud akhir dengan  tuma'ninah
10. Tasyahud
11. Membaca salawat atas Nabi Muhammad SAW
12. Salam ke kanan.

D. Yang Membatalkan Sholat

ketika melaksanakan ibadah salat, yang perlu kita perhatikan beberapa hal yang bisa membatalkan shalat, adalah sebagai berikut :
meninggaalkan salah satu rukun
meninggalkan salah satu syarat sah sholat
banyak bergerak/bergerak lebih dari satu kali.
Sengaja berbicara diluar bacaan sholat
Read More ->>

Minggu, 21 Juli 2013

yasinan

Soal: apa pendapat anda tentang yasinan..?

Jawab: mungkin yang anda maksud adalah tradisi membaca surat yasin secara berjama’ah yang dipimpin oleh satu imam dan dilaksanakan setiap malam jum’at, dan tradisi ini tidak pernah ada dizaman baik Rasulullah, sahabat, tabi’in, dan seterusnya. Ini baru-baru diadakan zaman belakangan ini oleh segelintir orang dan inipun tidak dikenal di beberapa Negara islam, ini hanya ada di asia tenggara khususnya Indonesia.

Soal: apakah anda menklaim bahwa ini amalan bid’ah..?

Jawab: saya katakan iya, kenapa…? Karena sudah saya sebutkan tadi bahwa amalan ini tidak pernah ada di zaman para sahabat.

Soal: apakah anda melarang umat untuk membaca surat yasin….?

Jawab: bukan surat yasinnya yang dilarang tapi cara-cara seperti dilaksanakan berjama’ah dan mengkhususkan pada malam jum’at saja, ini yang jadi pertanyaan besar, agama islam ini agama dalil, jadi yang berhubungan dengan syari’at baik bersifat ibadah atau muamalah, tentu dibutuhkan dalil yang sah.

Soal: jadi menurut anda, kapan harus membaca surat yasin..?

Jawab: surat yasin sama seperti surat-surat yang lainnya, tidak harus dikhususkan hanya surat yasin saja yang dibaca, perlu diingat bahwa didalam Al-Qur’an terdapat 114 surat dan seluruh surat dalam Al-Qura’an memiliki faedahnya, pertanyaanya, kenapa kita hanya membaca yasin saja sementara surat paling utama adalah surat Al-Fatihah dan ayat yang paling utama adalah ayat kursiy dan itu terdapat di surat Al-Baqarah, jadi kalau boleh disarankan, bacalah Al-Qur’an secara menyeluruh dari al fatihah sampai an nass, dengan kata lain khatamkan Al-Qur’an, jangan hanya yasin saja yang dibaca.

Soal: kami tidak melakukan takhsis,, apa salahnya kami membaca surat yasin..?

Jawab: pertanyaan saya,,, jika anda tidak melakukan takhsis, lalu kenapa anda membaca surat yasin secara berjama’ah hanya malam jum’at saja..? kenapa tidak setiap hari dan setiap malam, kalau itu baik kenapa anda tidak membacanya di dalam shalat…? Sekali lagi saya tegaskan bahwa bukan surat yasinnya yang dilarang tapi caranya itu yang dilakukan secara berjama’ah dan dikhususkan setiap malam jum’at… ini jelas perbuatan bid’ah yang di ada-adakan…

Soal: seringkali amalan yang saya lakukan anda sebut itu bid’ah,, apakah anda tahu apa itu bid’ah..?

Jawab: secara bahasa artinya sesuatu yang baru dan belum pernah ada contohnya,,, seperti firman Allah:
“ Allah menciptakan Langit dan bumi…” ( QS. Al-Baqarah : 117 )
Didalam ayat diatas terdapat kata “ BADII’U “ dan ini adalah penegasan dari Allah bahwa Allah menciptakan langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya, silakan rujuk kitab “ mufraadat al faazhil Qur’an “ hal. 111 materi kata bada’a oleh ar-raaghib al-ash fahani rahimahullah.
Dan bid’ah secara istilah, dan ini yang saya maksud, adalah sesuatu yang baru di dalam masalah ad-diin yang tidak dilandasi ilmu baik dari Al-Qur’an, as sunnah, dan ijma’. Mari kita lihat pendapat para ulama tentang bid’ah:
-         Syaikhul islam ibnu taiymiyyah
Bid’ah dalam islam adalah segala sesuatu yang tidak di syari’atkan oleh Allah dan RasulNya, yakni yang tidak diperintahkan baik dalam wujud perintah wajib atau bentuk anjuran ( sunnah )” ( majmu’ fatawa )
-         Al-Hafizh ibnu Rajab Al-Hanbali
Yang dimaksud dengan bid’ah adalah yang tidak memiliki dasar hukum dalam ajaran syari’at yang mengindikasikan keabsahannya.adapun yang memiliki landasan dalam syari’at yang menunjukkan kebenarannya, maka secara syari’at bukan dikatakan bid’ah walaupun secara bahasa dikatakan bid’ah. Maka setiap orang  yang membuat-buat sesuatu lalu menisbatkannya kedalam ajaran agama, namun tidak memiliki landasan dari agama yang biasa dijadikan hujjah, berarti itu adalah kesesatan. ( jami’ul ulum wal hikam, dengan diringkas )
-         Imam asy syatibi rahimahullah
Bid’ah adalah cara baru dalam beragama yang dibuat-buat dan menyerupai syari’at dengan maksud untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah. ( Al-I’tisham )
Dan pernyataan imam asy syatibilah yang paling jelas dan universal.

Soal: bukankah bid’ah dalam islam ada 2 yakni bid’ah hasanah dan bid’ah dhalalah…?

Jawab: tidak ada bid’ah hasanah dalam islam…

Soal: apakah anda berani membantah umar bin khattab yang 
mengatakan bahwa tarawih berjama’ah adalah sebaik-baik bid’ah..?

Jawab: perkataan umar bin khattab itu shahih dan terdapat dalam shahih bukhari, namun disini saya akan membantah pemahaman anda terhadap perkataan umar bin khattab,
Pertama.. bahwa umar mengatakan seperti itu dengan dilandasi ingin menghidupkan sunnah yang sudah hilang yakni shalat tarawih berjama’ah, dulu Rasulullah melaksanakan tarawih berjama’ah hanya 3 hari saja selebihnya beliau shalat sendiri di rumah, dengan alasan bahwa beliau takut akan dianggap wajib oleh umatnya, pada masa pemerintahan abu bakar, sunnah ini belum dihidupkan lagi padahal Rasulullah telah wafat, dan barulah pada masa pemerintahan umar bin khattab, sunnah ini digalakkan lagi. Lantas dimana bid’ahnya, sementara perbuatan umar dilandasi oleh perbuatan Rasulullah yang pernah melakukan tarawih berjama’ah.
Kedua… jika perkataan umar ini anda jadikan dalil untuk melaksanakan amalan bid’ah dan mengklaim bahwa bid’ah yang anda lakukan adalah bid’ah hasanah, maka ini tidak tepat karena perkataan umar bersifat khusus bukan umum, yang dikatakan umar hanya tarawih berjama’ah, beliau tidak menyebutkan yasinan dsb.
Ketiga.. oke anggaplah perkataan umar ini sejalan dengan yang anda maksud yakni ada bid’ah hasanah dalam islam, maka perkataan umar ini tidak akan bisa merubah ketetapan hukum yang Rasulullah tetapkan, yakni beliau bersabda:” … dan setiap bid’ah adalah sesat “ ( HR. Abu Dawud dan yang lainnya )

Soal: anda perhatikan lagi, jangan main vonis semua bid’ah itu sesat, anda perhatikan makna “kullu” dalam hadits tersebut bersifat naqiroh yang maknanya adalah tidak semuanya…

Jawab: baik kalau begitu kita periksa sama-sama, kita bawakan matan hadits lengkapnya. Rasulullah bersabda:
“ sebaik-baik perkataan adalah kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah, dan seburuk-buruk perbuatan adalah yang diada-adakan, setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” ( HR. muslim dan nasa’I )
Mari kita artikan sesuai pemahaman anda bahwa kullu disitu bermakna tidak semuanya, dan ada 3 kata kullu dalam hadits itu, yang pertama berarti: “tidak semua yang diada-adakan itu bid’ah”,  sekarang yang kedua: “tidak semua bid’ah itu sesat”, sekarang yang ketiga: “tidak semua kesesatan tempatnya di neraka”, pertanyaan saya, apakah ada kesesatan yang masuk surga…? Tentu ini mempermainkan akal sehat kita. Dan 3 kata kullu disitu berada dalam satu konteks hadits, jika bermakna tidak semua maka tiga-tiganya pun bermakna tidak semua, jadi mana yang pas menurut anda?

Soal: apakah anda tahu bahwa imam syafi’I pun mengatakan bahwa ada bid’ah hasanah, silakan cek kitab manaaqib beliau karya al-baihaqi…

Jawab: sudah saya katakan, jika memang ada orang mengatakan ada bid’ah hasanah dalam islam walaupun sekelas imam syafi’I, ini tidak akan merubah ketetapan hukum yang dibuat oleh Rasulullah, sekelas abu bakar dan umar saja tidak bisa menggantikan hadits, lalu bagaimana yang selain beliau…? Seperti perkataan ibnu abbas ketika menerangkan sifat manasik Nabi, lalu ada yang berkata, “ akan tetapi abu bakar berkata ini dan itu, dan umar pun berkata ini dan itu,” maka seketika itu wajah ibnu abbas memerah tanda marah seraya berkata.: “ bagaimana kalian ini, aku membawakan hadits nabi tapi kalian membantahnya dengan perkataan abu bakar dan umar, sungguh… hampir saja hujan batu diturunkan kepada kalian karena kalian membenturkan hadits nabi dengan perkataan abu bakar dan umar.”
dan yang dimaksud imam syafi’I adalah bid’ah secara bahasa saja, coba anda cek perkataan beliau selanjutnya, imam syafi’I memberikan contoh bid’ah hasanah seperti mempelajari ilmu nahwu’, membangun pesantren, mengumpulkan hadits, lantas mana yasinannya, maulidan atau semacamnya..? jelaslah bagi orang yang berakal sehat bahwa maksud imam syafi’I adalah bid’ah secara bahasa.

Soal: baik kalau begitu, saya akan bawakan beberapa hadits agar anda puas..
1.    ” Siapa yang membaca surat Yasin dalam suatu malam, maka ketika ia bangun pagi hari diampuni dosanya dan siapa yang membaca surat Ad-Dukhan pada malam Jum’at maka ketika ia bangun pagi hari diampuni dosanya”.(Ibnul Jauzi, Al-Maudhu’at, 1/247).
2.    “Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu mempunyai hati dan jantung (inti) Al-Qur’an itu ialah surat Yasin. Siapa yang membacanya maka Allah akan memberikan pahala bagi bacaannya itu seperti pahala membaca Al-Qur’an sepuluh kali”. ( HR. Tirmidzi )
3.    “Siapa yang membaca surat Yasin di pagi hari maka akan dimudahkan (untuknya) urusan hari itu sampai sore. Dan siapa yang membacanya di awal malam (sore hari) maka akan dimudahkan urusannya malam itu sampai pagi”. ( HR. Ad-Darimi 2:457 dari jalur Amr bin Zararah )
Masih banyak hadits tentang keutamaan surah yasin, apa argument anda..?

Jawab: thoyyib, kalau begitu saya akan takhrij seluruh hadits tentang yasinan beserta derajatnya…
Hadits pertama yang anda bawakan adalah palsu, ibnul Jauzi mengatakan, hadits ini dari semua jalannya adalah batil, tidak ada asalnya.
Imam Daruquthni berkata : Muhammad bin Zakaria yang ada dalam sanad hadits ini adalah tukang memalsukan hadits. (Periksa : Al-Maudhu’at, Ibnul Jauzi, I/246-247, Mizanul I’tidal III/549, Lisanul Mizan V/168, Al-Fawaidul Majmua’ah hal. 268 No. 944).
Hadits kedua yang anda bawakan, hadits ini pun Palsu. Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (No. 3048) dan Ad-Darimi 2:456. Di dalamnya terdapat Muqatil bin Sulaiman. Ayah Ibnu Abi Hatim berkata : Aku mendapati hadits ini di awal kitab yang di susun oleh Muqatil bin Sulaiman. Dan ini adalah hadits batil, tidak ada asalnya. (Periksa : Silsilah HaditsDha’if No. 169, hal. 202-203) Imam Waqi’ berkata : Ia adalah pendusta. Kata Imam Nasa’i : Muqatil bin Sulaiman sering berdusta.(Periksa : Mizanul I’tidal IV:173).
Hadits ketiga yang anda bawakan, Hadits ini Lemah.
Hadits ini diriwayatkan Ad-Darimi 2:457 dari jalur Amr bin Zararah. Dalam sanad hadits ini terdapat Syahr bin Hausyab. berkata Ibnu Hajar : “Ia banyak memursalkan hadits dan banyak keliru.” (Periksa :Taqrib I:355, Mizanul I’tidal II:283).
Sekarang berhubung sudah masuk ke dalam hadits tentang yasinan, saya akan bawakan hadits tentang yasinan yang lainnya lagi beserta derjatnya, mari kita periksa bareng-bareng dengan objektif.

1.     ” Siapa yang membaca surat Yasin pada malam hari karena mencari keridhaan Allah, niscaya Allah mengampuni dosanya”.
Keterangan :
Hadits ini Lemah.
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitabnya Mu’jamul Ausath dan As-Shaghir dari Abu Hurairah, tetapi dalam sanadnya ada rawi Aghlab bin Tamim. Kata Imam Bukhari, ia munkarul hadits. Kata Ibnu Ma’in, ia tidak ada apa-apanya (tidak kuat). (Periksa : Mizanul I’tidal I:273-274 dan Lisanul Mizan I : 464-465).

2.    ” Siapa yang terus menerus membaca surat Yasin pada setiap malam, kemudian ia mati maka ia mati syahid”.
Keterangan :
Hadits ini Palsu.
Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jam Shaghir dari Anas, tetapi dalam sanadnya ada Sa’id bin Musa Al-Azdy, ia seorang pendusta dan dituduh oleh Ibnu Hibban sering memalsukan hadits. (Periksa :Tuhfatudz Dzakirin, hal. 340, Mizanul I’tidal II : 159-160, Lisanul Mizan III : 44-45).

3.    ” Siapa yang membaca surat Yasin pada permulaan siang (pagi hari) maka akan diluluskan semua hajatnya”.
Keterangan :
Hadits ini Lemah.
diriwayatkan oleh Ad-Darimi dari jalur Al-Walid bin Syuja’. Atha’ bin Abi Rabah, pembawa hadits ini tidak pernah bertemu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Sebab ia lahir sekitar tahun 24H dan wafat tahun 114H.(Periksa : Sunan Ad-Darimi 2:457, Misykatul Mashabih, takhrij No. 2177, Mizanul I’tidal III:70 dan Taqribut Tahdzib II:22).

4.    “Siapa yang membaca surat Yasin satu kali, seolah-olah ia membaca Al-Qur’an dua kali”. (Hadits Riwayat Baihaqi dalam Syu’abul Iman).
Keterangan :
Hadits ini Palsu.
(Lihat Dha’if Jamiush Shaghir, No. 5801 oleh Syaikh Al-Albani).

5.    “Siapa yang membaca surat Yasin satu kali, seolah-olah ia membaca Al-Qur’an sepuluh kali”. (Hadits Riwayat Baihaqi dalam Syu’abul Iman).
Keterangan :
Hadits ini Palsu.
(Lihat Dha’if Jami’ush Shagir, No. 5798 oleh Syaikh Al-Albani). Bahkan hadits ini berbenturan dengan hadits di atas, mana yang akan kita benarkan, 2x atau 10x…?

6.    “Bacakanlah surat Yasin kepada orang yang akan mati di antara kamu”.
Keterangan :
Hadits ini Lemah.
Diantara yang meriwayatkan hadits ini adalah Ibnu Abi Syaibah (4:74 cet. India), Abu Daud No. 3121. Hadits ini lemah karena Abu Utsman, di antara perawi hadits ini adalah seorang yang majhul (tidak diketahui), demikian pula dengan ayahnya. Hadits ini juga mudtharib (goncang sanadnya/tidak jelas). Hadits inilah yang banyak dijadikan hujjah untuk membaca yasin untuk si mayyit.

7.    ” Tidak seorang pun akan mati, lalu dibacakan Yasin di sisinya (maksudnya sedang naza’) melainkan Allah akan memudahkan (kematian itu) atasnya”.
Keterangan :
Hadits ini Palsu.
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Akhbaru Ashbahan I :188. Dalam sanad hadits ini terdapat Marwan bin Salim Al Jazari. Imam Ahmad dan Nasa’i berkata, ia tidak bisa dipercaya. Imam Bukhari, Muslim dan Abu Hatim berkata, ia munkarul hadits. Kata Abu ‘Arubah Al Harrani, ia sering memalsukan hadits. (Periksa : Mizanul I’tidal IV : 90-91).

8.    “Barangsiapa menziarahi kubur kedua orang tuanya setiap Jum’at dan membacakan surat Yaasiin (di atasnya), maka ia akan diampuni (dosa)nya sebanyak ayat atau huruf yang dibacanya.”
Keterangan: HADITS INI PALSU
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy (I/286), Abu Nu’aim dalam kitab Akhbaru Ashbahan (II/344-345) dan ‘Abdul Ghani al-Maqdisi dalam Sunannya (II/91) dari jalan Abu Mas’ud Yazid bin Khalid. Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaim ath-Thaifi, dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, dari ‘Aisyah, dari Abu Bakar secara marfu’.Lihat Silsilah Ahadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah (no. 50).Dalam hadits ini ada ‘Amr bin Ziyad Abul Hasan ats-Tsaubani. Kata Ibnu ‘Adiy: “Ia sering mencuri hadits dan menyampaikan hadits-hadits yang BATHIL.”Setelah membawakan hadits ini, Ibnu ‘Adiy berkata: “Sanad hadits ini BATHIL, dan ‘Amr bin Ziyad dituduh oleh para ulama memalsukan hadits.”Kata Imam Daruquthni: “Ia sering memalsukan hadits.”
Periksa: Mizaanul I’tidal (III/260-261 no. 6371), Lisanul Mizan (IV/364-365)
Sekarang apa argument anda..?
Soal: itu kan hanya yang anda ketahui saja, sebetulnya masih ada lagi hadits-hadits tentang yasinan dan para ulamapun banyak yang menshahihkannya.
Jawab: betul hanya itu yang saya ketahui, namun jika memang ada lagi, saya minta dengan hormat kepada anda untuk mendatangkan hujjah atau dalil-dalil anda jika memang masih ada, jangan hanya pokoknya ada. Mari kita lihat apakah betul para ulama banyak yang memakai dalil tentang yasinan,, berikut saya akan bawakan perkataan para ulama tentang hadits yasinan secara universal, ingat ini yang berbicara adalah para ulama bukan saya.
Abdullah bin Mubarak berkata : Aku berat sangka bahwa orang-orang zindiq (yang pura-pura Islam) itulah yang telah membuat riwayat-riwayat itu (hadits-hadits tentang fadhilah surat yasin dan yang lainnya ).
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah berkata : Semua hadits yang mengatakan, barangsiapa membaca surat ini akan diberikan ganjaran begini dan begitu SEMUA HADITS TENTANG ITU ADALAH PALSU. Sesungguhnya orang-orang yang memalsukan hadits-hadits itu telah mengakuinya sendiri. Mereka berkata, tujuan kami membuat hadits-hadits palsu adalah agar manusia sibuk dengan (membaca surat-surat tertentu dari Al-Qur’an) dan menjauhkan mereka dari isi Al-Qur’an yang lain, juga kitab-kitab selain Al-Qur’an. (Periksa : Al-Manarul Munffish Shahih Wadh-Dha’if,hal. 113-115).
"Semoga ilustrasi dialog ini akan bermanfa’at dan lebih mudah difahami. Wallahu a’lam"
Read More ->>
Diberdayakan oleh Blogger.