Senin, 12 November 2012

cobalah mengerti

Aku tak kan
Pernah berhenti
Akan terus memahami
Masih terus berfikir
Bila harus memaksa
Atau berdarah untukmu
Apapun itu asalkan
Mencoba menerima
Dan kamu hanya
Perlu terima
Dan tak harus memahami
Dan tak harus berfikir
Hanya perlu mengerti
Aku bernafas untukmu
Jadi tetaplah di sini
Dan mulai menerimaku
Chorus:
Cobalah mengerti
Semua ini mencari arti
Selamanya takkan berhenti
Inginkan rasakan
Rindu ini menjadi satu
Biar waktu memisahkan
Read More ->>

sendiri lagi

Lirik Noah Sendiri Lagi

Tinggallah ku sendiri dalam sepi ini
Tiada temanku lagi
Tak sanggup hati ini sendiri begini
Tanpa dirimu kasih
Tak ada arti hidupku
Bila kau tak di sisiku
Mengapa oh mengapa kau tinggalkan diriku
Tak tahu, ku tak tahu salahku padamu
Hingga kau pun tega biarkan diriku sendiri, sendiri lagi
Tak mungkin ku mencari pengganti dirimu
Walau kini ku sepi ooh
Ku ingin kaupun tahu cinta suci ini
Ku bawa sampai mati
(tak ada arti hidupku
Bila kau tak di sisiku)
Mengapa oh mengapa kau tinggalkan diriku
Tak tahu, ku tak tahu apa nanti jadinya
Mengapa oh mengapa kau tinggalkan diriku
Tak tahu, ku tak tahu salahku padamu
Hingga kau pun tega biarkan diriku sendiri, sendiri lagi
Read More ->>

sentulah cinta

Lirik Noah Sentuhlah Cinta

Dalam pikiranku ini, kau seakan telah hilang
Cinta di dalam hidupmu, kau tak pernah merasakan
Dimanakah cinta, sentuhlah hatinya
Kau tak bisa merasakan
Hingga cinta mendekati dirimu
Cinta di dalam hidupmu, kau tak pernah merasakan
Dimanakah cinta, sentuhlah hatinya
Kau tak bisa merasakan
Hingga cinta mendekati dirimu
Kau tak bisa menggapainya
Biar cinta mendekati dirimu oooh
Biarkanlah cinta oooh memberimu rasa
Kau tak bisa merasakan
Hingga cinta mendekati dirimu
Kau tak bisa menggapainya
Biar cinta mendekati dirimu oooh
Biarkanlah cinta oooh memberimu rasa
Semua demi cinta oooh semua demi kita
Read More ->>

lirik lagu noah-terbangun sendiri

Lirik Noah Terbangun Sendiri

Katakan katakan alasan mulai
Karena akhirnya begitu berat terasa
Dunia tak seindah katamu
Dunia menelan hatiku
Katakan entah kemana perginya
Masa yang indah dan gelak tawa yang cerah
Dunia yang terdiam tanpamu
Dunia yang menelan hatiku
Aku tak ingin terbangun, terbangun sendiri
Aku tak ingin terjaga, terjaga tanpamu
Kurangi kurangi lukaku ooh temani sepiku
Ooh temukan aku terlepas
Ooh kemana harus berjalan
Aku tak ingin terbangun, terbangun sendiri
Aku tak ingin terjaga, terjaga tanpamu
Kurangi kurangi lukaku ooh temani sepiku
Aku tak ingin terbangun, terbangun sendiri
Aku tak ingin terjaga selama-lamanya
Ooh terbangun sendiri, terbangun sendiri, terbangun sendiri
Terbangun sendiri, terbangun sendiri
Terbangun sendiri, terbangun sendiri
Read More ->>

Selasa, 06 November 2012

tugas metodologi penelitian



Fakta
Kesulitan dalam mengerjakan dan menerapkan rumus matematika sering dialami oleh sebagian besar siswa siswi yang ada di lingkungan sekolah dasar, bahkan tidak hanya pada tingkat dasar padatingkat yang lebih tinggi pun masih banyak siswa siswi yang kesulitan dalam menerapkan rumus matematika.
Ini juga yag dialami oleh seorang siswa kelas IV yang bernama Aris, ia kesulitan dalam menerapkan atau mengimplementasikan rumus matematika yakni: xaxt
Rumus yang seharusnya sederhana, menjadi sesuatu yang sangat rumit bagi siswa ini. Karena siswa ini tidak mengenal bilangan berupa pecahan. selain itu siswa ini kesulitan untuk menemukan alas dan tinggi dari sebuah bangun datar dengan rumus diatas. Masalah yang dialami menjadi semakin parah karena siswa ini tak mampu mengerjakan perkalian antara bilangan berbentuk pecahan dengan bilangan lainnya.
Setelah mengetahui akan kekurangan yang dimilikinya, siswa ini semakin kehilangan semangat untuk belajar karena ia merasa tidak memiliki kemampuan untuk mengerjakan soal-soal yang ada. Keadaan ini semakin diperparah dengan tidak adanya motivasi dari orang tuanya.
Harapan
 Melihat siswa sebagai generasi penerus bangsa memiliki motivasi dalam menjalani tantangan dalam kehidupan sekolah merupan harapan yang selalu saya inginkan. Sebagai seorang pribadi saya berpendapat seharusnya ada perhatian yang lebih terhadap siswa seperti contoh kasus diatas. Guru harus bisa memahami kebutuhan siswanya dan orang tua seharusnya juga dapat memperhatikan anaknya karena anak merupakan titipan dari Sang Maha Kuasa.
Guru sebaiknya menggunakan metode ceramah plus. Metode ini menurut saya akan cocok digunakan karena metode ini kombinasi dari beberapa metode. Ada tiga macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu:

a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
Judul
Metode ceramah plus sebagai pemecahan masalah yang efektif dan efisien dalam pembelajaran matematika dasar.
Read More ->>

Senin, 05 November 2012

Noah Puisi Adinda

Malam berseri, indah damai dalam hati
Kau berikan rasa ini hingga dapat ku bermimpi
Tentang maaf yang bersemi
Tentang cinta yang tak letih
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Dan ku harapkan kau kasih
Tak perlu bertengkar lagi
Tak perlu menangis lagi
Biarkan kita mengalir sampai nanti
Read More ->>

muhammad

The One and Only.
Fourteen hundred years ago, the polytheists and Jews in Arabia asked Prophet Muhammad (s.a.a.w.) questions about God. Some of these questions were:
Tell us of your Lord's ancestery.
O Muhammad, tell us attributes of your Lord, who has sent you as prophet.
What is your Lord made of?
Is He made of gold, silver, iron or what?
Does He belong to a race of Gods?
Does He have parents or children?
Who will inherit the earth after Him?
The answer came in the following verse of the Holy Quran:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Say: "He is Allah, the One and Only.” (The Holy Quran, Surah Al-Ikhlas, Ayah 1, 112:1)
Let us first analyze the sentence, “ Huwa-Allahu Ahad”,  هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ   lexically.
In this sentence,  Huwa is the subject (mubtada) and Allahu its predicate (its khabar), and Ahad-un its second predicate (second khabar). According to this parsing the sentence means: "He (about Whom you are questioning me) is Allah, the One and Only.”  Another meaning according to the language rules can be, "He is AIIah, the One."
Here, the first thing to understand is the unusual use of AHAD in the sentence.
Generally, the word is either used in the possessive cases (mudhaf, mudhaf elaih) like yaum ul-ahad (first day of the week), fab’atho ahada kum (send one of your men)  or to indicate total negative (nafi ‘aam) as Ma jaa a-ni ahad-un (No one has come to me), or in common questions like Hal `indika ahad-un (Is there anyone with you?), or in conditional clauses like In ja'a-ka ahad-un (If someone comes to you), or in counting as ahad, ithnan, ahad ashar (one, two, eleven). Apart from these uses, there is no precedent in the pre-Qur'anic Arabic that the mere word ahad might have been used as an adjective for a person or thing. After the revelation of the Holy Qur'an, this word has been used only for the Being of Allah, and for no one else. This extraordinary use by itself shows that being single, unique and matchless is a fundamental attribute of Allah; no one else in the world is qualified with this quality: He is One, He has no equal.
Read More ->>

agama

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi".[1]. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya

Definisi

Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Agama merupakan suatu lembaga atau institusi penting yang mengatur kehidupan rohani manusia. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige, dan lain-lain.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu:
  • menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan
  • menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan
Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.

Cara Beragama

Berdasarkan cara beragamanya:
  1. Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama, bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang dalam meningkatkan ilmu amal keagamaanya.
  2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya.
  3. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
  4. Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.

Unsur-unsur

Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok:
  • Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi
  • Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
  • Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran agama
  • Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
  • Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama.
Read More ->>

Teori ketuhanan

Teori ketuhanan

Berdasarkan teori atau pendekatan yang digunakan, paham ketuhanan yang beraneka penjelasan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
  • Dalil Logik. Sesuatu yang tidak dapat dilihat atau diindrakan tidak mesti tiada. Sekiranya kita tidak dapat melihat atau mengindra nyawa, tidak berarti nyawa itu tidak ada. Sekiranya cetusan eletrik dalam otak diukur sebagi nyawa, komputer yang mempunyai prinsip yang sama masih tidak dianggap bernyawa.
  • Dalil Kejahatan di Dunia. Tuhan telah memberi peringatan agar manusia berbuat baik pada sesama manusia, dengan balasan siksaan yang keras kepada mereka yang ingkar. Adanya kejahatan yang diamalkan oleh manusia di bumi adalah pilihan manusia itu sendiri. Kejahatan adalah keadaan di mana ketiadaan kebaikan. Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu.
  • Dalil Kesempurnaan. Tuhan adalah sempurna dari segala sifat kecacatan. Dengan itu, mengatakan Tuhan tidak mampu adalah salah. Sebagai contoh: "Adakah Tuhan itu berkuasa untuk menciptakan satu batu yang terlalu berat, yang tidak mampu diangkat oleh dirinya sendiri?" menunjukkan keinginan meletakkan sifat manusia kepada Tuhan. Berat adalah hukum yang dicipta Tuhan, berat suatu benda di bumi belum tentu sama dengan berat benda tersebut di angkasa. Berat tidak membawa arti apa-apa di alam ghaib.
  • Dalil Kosmologikal. Dari segi kosmologi, Tuhan seharusnya wujud sebagai punca kepada kewujudan alam. Dengan premis "segala sesuatu itu berpunca", maka adalah tidak masuk akal untuk mengatakan alam ini wujud tanpa mempunyai punca,yakni Tuhan. Di alam ini semuanya tersusun dengan hukum-hukum yang tertentu dengan ketentuan Tuhan, yang mana dari segi sains pula dikenali sebagai hukum alam.
  • Dalil Antropofik. Kewujudan manusia dan fitrahnya untuk mengenal tuhan sudah membuktikan kewujudan Tuhan.
Read More ->>

Tuhan dalam Agama Samawi

Tuhan dalam Agama Samawi

Agama samawi atau dikenal juga sebagai agama abrahamis atau agama langit dimaksudkan untuk menunjuk agama Yahudi, Nasrani (Kristen/Katolik) dan Islam. Di antara agama-agama ini menggunakan sebutan/panggilan yang berbeda yang dikarenakan perbedaan bahasa dan ajarannya.
  • Yehowa atau Yahweh, salah satu istilah yang dipakai Alkitab. Istilah ini berasal dari istilah berbahasa Ibrani tetragrammaton YHVH (יהוה). Nama ini tidak pernah dilafalkan karena dianggap sangat suci, maka cara pengucapan YHVH yang benar tidaklah diketahui. Biasanya yang dilafalkan adalah Adonai yang berarti Tuan.
  • Tritunggal Mahasuci atau Mahakudus, yang artinya adalah Bapa, Putra, dan Roh Kudus, terutama dipakai dalam Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks. Konsep ini dipakai sejak Konsili Nicea pada tahun 325 M. Kata "Tritunggal" sendiri tidak ada di Alkitab. Di dalam Ulangan 6:4 ditulis Tuhan itu Esa. Keesaan ini pada bahasa aslinya (ekhad) adalah "kesatuan dari berbagai satuan". Contohnya, Kejadian 2:24 ditulis "keduanya (manusia dan istrinya) menjadi satu (ekhad) daging" berarti kesatuan dari 2 manusia. Di Kejadian 1:26 Allah menyebut diri-Nya dengan kata ganti "Kita", mengandung kejamakan dalam sifat Tuhan. Pengertiannya adalah satu substansi ke-Allahan, namun terdiri dari tiga pribadi. Dalam Perjanjian Lama, Allah diperkenalkan sebagai Allah Bapa. Dalam Perjanjian Baru, Allah menjelma sebagai manusia dalam wujud Allah Anak (Allah Putra) Yesus Kristus, dan setelah Allah Putra kembali ke sorga, maka datanglah Roh Kudus yang menyertai dan ada di hati orang-orang Kristen. Roh tersebut adalah sebagai penolong, pemimpin, penghibur, dan teman yang setia. Roh Kudus menuntun umat Kristiani agar hidup sejalan dengan kehendak Tuhan. Allah Anak bukan diperanakkan dalam pengertian manusia, karena Anak keluar dari Bapa yang diwujudkan sebagai Firman (Allah). Allah mencipta dunia melalui Firman Allah, seperti Tuhan ber-Firman: "Jadilah terang". Pada waktu Tuhan mengatakan "Jadilah terang", maka Firman Allah bekerja, dan Firman Allah itu adalah Allah Anak yang datang ke dunia dengan wujud manusia yaitu Yesus Kristus. Roh Kudus pada hakekatnya "keluar dari Allah Bapa" dan "diutus oleh Allah Anak", yang mempunyai tugas untuk menginsafkan dunia dan mengenalkan dunia akan Kristus dan menguatkan kesaksian tentang Yesus Kristus, serta menyertai orang-orang yang percaya Kristus sampai akhir zaman tiba.[6
Read More ->>

Paham-paham ketuhanan

Paham-paham ketuhanan

Sungguhpun eksistensi Tuhan dipahami mutlak adanya, tetapi setiap orang mempunyai keyakinan yang berbeda mengenai penjelasan tentang Tuhan sehingga pro-kontra tentang Tuhan dapat dibedakan sebagai berikut :
  • Teisme: Pemaham-paham yang meyakini adanya Tuhan
  • Agnostisisme: Paham-paham yang meragukan adanya Tuhan
  • Ateisme:Paham-paham yang menyangkal adanya Tuhan
Berikut paham-paham yang dapat dimasukkan ke salah satu dari kategori diatas, yaitu :
  • Panteisme berarti "Tuhan adalah segalanya" dan "semuanya adalah Tuhan". Ini adalah ide hukum alam, keberadaan dan Semesta di representasikan dalam kaidah agama dengan sebutan Tuhan. Sehingga Tuhan dianggap menyatu dengan alam.
  • Akosmisme menyangkal realitas dari semesta, dilihat sebagai ultimately illusory (maya), dengan hanya ketidakterbatasan unmanifest absolute sebagai kenyataan.
  • Dualisme sering dipergunakan bersamaan dengan setan yang muncul di dalam dunia nyata yang bersaing dengan diri dalam mencari kebenaran spiritual.
  • Gnostisisme adalah sebuah istilah untuk berbagai pencapaian tujuan utama dalam hidup. Hal ini juga kadang diasosiakan dengan adanya persaingan antara kegelapan dan cahaya.
Read More ->>

Perbandingan antara konsep Tuhan dengan Dewa

Perbandingan antara konsep Tuhan dengan Dewa

Di dalam bahasa Melayu atau bahasa Indonesia, dua konsep atau nama yang berhubungan dengan ketuhanan, yaitu: Tuhan sendiri, dan Dewa. Penganut monoteisme biasanya menolak menggunakan kata Dewa di Indonesia, tetapi sebenarnya hal ini tidaklah berdasar. Sebab di Prasasti Trengganu, prasasti tertua di dalam bahasa Melayu yang ditulis menggunakan Huruf Arab (Huruf Jawi) menyebut "Sang Dewata Mulia Raya". Dewata yang dikenal orang Melayu berasal dari istilah lokal Nusantara, sama seperti Jubata/Juata/Jata yang dikenal orang Dayak yang berarti penguasa dunia bawah (dewa air). Bagaimanapun, pada masa kini, pengertian istilah Tuhan digunakan untuk merujuk Tuhan yang tunggal, sementara Dewa dianggap mengandung arti salah satu dari banyak Tuhan sehingga cenderung mengacu kepada politeisme.
Perbedaan Tuhan dengan dewa hanya sekedar perbedaan terjemahan bahasa, meski masing-masing punya latar belakang perkembangan makna terkait dengan apresiasi masing-masing atas konsepsi Ketuhanannya. Namun, secara universal keduanya menunjuk pada eksistensi yang sama, yaitu soal 'Yang Tak Terbantahkan'
Read More ->>

Konsep tentang Tuhan

Konsep tentang Tuhan

Secara filsafat, prestasi dalam pencarian Tuhan biasanya berujung pada penemuan eksistensi Tuhan saja, dan tidak sampai pada substansi tentang Tuhan. Dalam istilah filsafat eksistensi Tuhan itu dikenal sebagai absolut, berbeda (distinct) dan unik. Absolut artinya keberadaannya mutlak bukannya relatif. Hal ini dapat dipahami, bahwa pernyataan semua kebenaran itu relatif itu tidak benar. Kalau semua itu relatif, bagaimana kita bisa mengetahui bahwa sesuatu itu relatif. Padahal yang relatif itu menjadi satu-satunya eksistensi realitas. Ibarat warna yang ada di seluruh jagat ini hanya putih, bagaimana kita bisa tahu putih padahal tidak ada pembanding selain putih. Dengan demikian tidak bisa disangkal adanya kebenaran itu relatif, dan secara konsisten tidak bisa disangkal pula adanya kebenaran mutlak itu. Dengan kemutlakannya, ia tidak akan ada yang menyamai atau diperbandingkan dengan yang lain (distinct). Kalau Tuhan dapat diperbandingkan tentu tidak mutlak lagi atau menjadi relatif. Karena tidak dapat diperbandingkan maka tuhan bersifat unik, dan hanya ada dia satu-satunya. Kalau ada yang lain, berarti dia tidak lagi mutlak.
Dalam gagasan Nietzsche, istilah "Tuhan" juga merujuk pada segala sesuatu yang dianggap mutlak kebenarannya. Sedangkan Nietzsche berpendapat tiada "Kebenaran Mutlak"; yang ada hanyalah "Kesalahan yang tak-terbantahkan". Karenanya, dia berkata, "Tuhan telah mati". "Kesalahan yang tak-terbantahkan" dengan "Kebenaran yang-tak terbantahkan" tidaklah memiliki perbedaan yang signifikan. Sekiranya pemikiran Nietszhe ini dimanfaatkan untuk melanjutkan proses pencairan Tuhan, maka Tuhan itu suatu eksistensi yang tak terbantahkan. Dengan demikian eksistensi absolut, mutlak dan tak terbantahkan itu sama saja. Jadi, persoalan umat manusia dalam proses pencairan Tuhan tiada lain proses penentuan peletakan dirinya kepada (segala) sesuatu yang diterimanya sebagai 'tak terbantahkan', atau mutlak, atau absolut. Muhammad 'Imaduddin 'Abdulrahim Ph.D mendefinisikan Tuhan sebagai segala sesuatu yang dianggap penting dan dipentingkan sehingga dirinya rela didominirnya (Buku:Kuliah Tauhid).
Read More ->>

karya tulis ilmiah



Karya Tulis Ilmiah
Karya Ilmiah adalah hasil pemikiran ilmiah seorang ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang diperoleh melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian, dan pengetahuan orang lain sebelumnya (Dwiloka,2005:2).
Menurut Pateda (1993:91), karya ilmiah adalah hasil pemikiran pada suatu disiplin ilmu tertentu yang disusun secara sistematis, ilmiah, logis, benar, bertanggungjawab, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Jadi, karya ilmiah di tulis bukan sekadar untuk mempertanggungjawabkan penggunaan sumber daya penelitian (uang, bahan, dan alat), tetapi juga untuk mempertanggungjawabkan penulisan karya ilmah tersebut secara teknis.
Hal ini terjadi karena hasil suatu karya ilmiah dibaca dan di pelajari oleh orang lain dalam kurun waktu yang tidak terbatas sebagai sarana mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Karya ilmiah harus memenuhi syarat-syarat keilmiahan pada suatu disiplin ilmu tertentu yang dikuasai oleh penulisnya.Hasil tulisan ilmiah harus tersusun dalam tulisan yang yang logis dan benar. Oleh karena itu, untuk mencapai keilmiahan yang logis dan benar itu, seorang penulis karya ilmiah harus memiliki landasan teori yang kuat. Landasan teori yang kuat akan menyebabkan keilmiahan yang ditampilkan tidak menyimpang dari suatu disiplin ilmu tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Penyusunan karya ilmiah harus memenuhi kaidah, antara lain:
(1)               Penyebutan sumber tulisan yang jelas. Jika penyusun karya ilmiah mengutip pendapat orang lain, maka sumber kutipan harus disebutkan dengan jelas dan lengkap.
(2)               Memenuhi kaidah penulisan yang berkaitan dengan teknik kutip-mengutip, penulisan kata, frasa, dan kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar.
Read More ->>
Diberdayakan oleh Blogger.